Sabtu, 07 Februari 2015

http://read-write-enjoy-and-share.blogspot.com


TEMA: URGENSI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS DI ERA GLOBAL
SUBTEMA: PERAN KETERAMPILAN BAHASA INGGRIS DAN DAYA SAING PEMUDA

Pentingnya Mahir Berbahasa Inggris

Memasuki era globalisasi dan informasi, bangsa Indonesia dituntut  mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam era tersebut, pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi suatu keharusan karena dapat menentukan kemampuan suatu bangsa untuk menang dalam persaingan. Keterkaitan global antar bangsa pada masa itu, juga menempatkan bahasa asing pada posisi yang sangat strategis.
Era globalisasi juga mendorong untuk beradaptasi dengan tatanan kehidupan yang semakin maju. Mengingat pula sebentar lagi bangsa Indonesia akan mengadapi AFTA 2015. Nantinya individu-individu dari berbagai negara akan saling berlomba untuk mendominasi lapangan kerja atau bidang-bidang usaha dengan kondisi hampir semua alat dan teknologi di era global menggunakan Bahasa Inggris. Dalam hal ini, Bahasa Inggris sebagai media komunikasi global sangat diperlukan seperti untuk penguasaan teknologi atau untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat dunia.  
Seperti kita ketahui bahwa Bahasa Inggris telah diakui sebagai bahasa internasional untuk bisnis, olahraga, akademik, ilmu pengetahuan, teknologi, periklanan dan diplomatik. Bahasa Inggris merupakan bahasa resmi atau paling tidak memiliki kedudukan khusus di 75 negara dan digunakan di lebih dari 100 negara. Masyarakat yang berasal dari beragam latar belakang geografi, agama dan budaya telah disatukan oleh suatu bahasa internasional yang disepakati untuk berkomunikasi satu sama lain dengan bahasa ini.
Apa tujuan belajar Bahasa Inggris? Apakah sekadar belajar atau untuk memenuhi kebutuhan?
Tentunya, mempelajari suatu bahasa asing untuk tujuan tertentu karena telah mengetahui secara  persis manfaat apa yang akan di peroleh dari bahasa Inggris. Ada banyak manfaat Bahasa Inggris yang kita ketahui bahkan masih banyak yang belum diketahui. Memang tidak semua orang mengerti akan pentingnya penguasaan bahasa Inggris, sehingga wajar saja bila pelajaran bahasa Inggris justru menjadi momok bagi sebagian besar pelajar di Indonesia. Konsep berpikir kita selama ini yang terlalu sempit dalam menyikapi arti belajar Bahasa Inggris sebagai sebagai suatu kegiatan pembelajaran di sekolah dengan tujuan hanya untuk mendapatkan nilai yang standar (lulus ujian). Hal inilah yang kemudian membuat kita merasa malas, mengantuk, dan rasa lapar seringkali terasa pada saat jam pelajaran Bahasa Inggris dimulai. Padahal belajar bahasa asing itu memerlukan kesabaran dan sebaiknya dilakukan secara rutin berkelanjutan, sebab bahasa tidak bisa diajarkan sebagaimana matematika atau ilmu eksak lainnya yang membutuhkan penalaran dan hapalan rumus. Namun lebih pada kebiasaan menggunakan kosakata dalam berbicara ataupun menulis.
Untuk memotivasi dan merangsang minat kita dalam mempelajari Bahasa Inggris, tentunya para pembelajar Bahasa Inggris harus tahu terlebih dahulu manfaat yang akan mereka peroleh jika mahir berbahasa Inggris. Dengan mengetahui manfaat belajar bahasa Inggris dapat meningkatkan semangat dan cita-cita dari setiap individu dalam mempelajari bahasa internasional yang satu ini. Berikut ini adalah manfaat bahasa Inggris yang harus diketahui untuk merangsang minat untuk belajar bahasa Inggris.

1.       Bahasa Inggris sebagai alat untuk bersosialisasi dengan masyarakat luas
Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional yang paling umum digunakan dan sangat populer, maka dapat disebut sebagai media komunikasi global. Bahasa ini telah menjadi bahasa internasional secara alamiah seiring dengan kemajuan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Tak mengherankan bila salah satu syarat menerima beasiswa adalah memakai standar penguasaan bahasa Inggris. Anda bisa bayangkan jika mahir berbahasa Inggris, maka Anda bisa berkomunikasi dengan lebih dari 2 miliar orang di seluruh dunia dengan chatting secara online, menulis surat, dan berkeliling dunia menggunakan satu bahasa asing!
2.       Bahasa Inggris untuk teknologi
Di zaman sekarang ini, komputer, smartphone, internet, hingga software kebanyakan menggunakan Bahasa Inggris. Hal itu dikarenakan para produsen sadar bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa yang dapat diterima khalayak umum karena Bahasa Inggris adalah bahasa universal. Oleh karena itu, mereka menggunakannya sebagai bahasa utama dalam produknya.

3.       Bahasa Inggris untuk pendidikan
Pendidikan di level universitas dan dalam beberapa mata kuliahnya telah mengharuskan penggunaan literatur berbahasa asing, salah satunya Bahasa Inggris. Tidak terbayang jika harus menterjemahkan satu per satu kata yang tertulis, belum lagi jika ada makna yang sulit dipahami. Anda mungkin berpikir bahwa banyak situs yang dapat menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia tetapi hal tersebut akan sangat melelahkan.
4.    Memudahkan laju akademis
Setidaknya bila seseorang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 di PTN terkemuka, maka disyaratkan baginya untuk memiliki kemampuan berbahasa Ingris yang baik. Biasanya dipatok mempunyai nilai TOEFL di atas 500 atau 550. Belum lagi bila kita telusuri beasiswa ke luar negeri, maka siapa saja yang dapat berbahasa asing akan mudah melewati seleksi beasiswa tersebut lebih mudah.
5.       Bahasa Inggris vs dunia kerja
Di era globalisasi, dunia kerja semakin berkembang dan maju dalam memperluas lingkupnya hingga lintas negara, membuka kesempatan kerja dan karir yang sangat luas, maka hanya orang-orang yang memiliki penguasaan bahasa asing yang populer akan dapat mengambil kesempatan emas ini. Bahasa Inggris kembali berperan disini. Jadi tidak lagi mengherankan apabila dunia kerja memberikan nilai tinggi terhadap kemampuan berbahasa Inggris yang dimiliki seseorang karena jika ingin bekerja di perusahaan multinasional/asing otomatis kemampuan Bahasa Inggris dipertanyakan dan menjadi salah satu syarat utama.

6.       Menjadi translator
Pekerjaan translator atau dinamakan sebagai penerjemah telah menjadi sebuah profesi yang diakui secara legal oleh negara. Sehingga potensi mendapatkan uang bulanan atau tambahan sangat besar lewat kerja penerjemah.

7.       Bahasa Inggris membuat orang terlihat keren
Manfaat dan pentingnya belajar Bahasa Inggris lainnya berkaitan dengan kepuasan diri sendiri ketika telah mahir dalam menggunakanannya. Sederhananya, seperti ketika mendengar orang Indonesia berkomunikasi dengan Bahasa Inggris pasti yang akan dikatakan orang awam, “Wah, orang itu terlihat keren”, atau “Hebat sekali dia”, dan sebagainya. Selain itu, seseorang yang pandai berbahasa Inggris pasti akan disegani oleh komunitas disekitarnya. Belum lagi bila sudah masuk ke lingkungan kerja, maka Anda bisa menjadi karyawan yang di anggap penting peranannya dalam menjalin hubungan dengan perusahaan atau klien mitra asing.

8. Mudah bergaul
            Penguasaan bahasa lebih dari 2 atau 3 jenis bahasa akan membuat kita memahami perbedaan kultur dari setiap bangsa. Dengan begitu seseorang akan semakin berhati-hati dan pandai dalam bertutur kata, ini membuat lawan bicara senang dengan keberadaan kita.

9.    Mudah beradaptasi dengan lingkungan baru
            Seseorang yang pintar berbahasa akan mengetahui dan cepat belajar tentang penggunaan bahasa di lingkungan yang baru ia singgahi. Bahkan beberapa negeri tetangga telah terbiasa dengan pemakaian bahasa ini dalam keseharian mereka. Ketika Anda berpergian ke berbagai tempat di luar negeri maka skill berbahasa Inggris akan membuat perjalanan lebih menyenangkan dan bermakna.

#SALAMPENA #SEMANGATBERKARYA :)

tulisan ini dibuat untuk mengikuti Saung Inggris National Essay Competition 2015 yang diselenggarakan www.wisdomnesiaenglish.com"

Minggu, 01 Februari 2015

Late Post, Penyemangat Kuliah





Hi bloggers, silahkan dibaca artikel bawah ini, siapa tau bisa untuk penyemangat kuliah bagi para calon engineer agar dapat di wisuda cepat-cepat dengan predikat cumlaude, Aaamiiin :-)
...Eits bukan berarti yang non engineer bisa ngot-ngotan kuliah ya hehehe 
Tetap Semangat teman - teman seperjuangan
#HidupMahasiswa #SalamPena #SemangatBerkarya



shutterstock
Ilustrasi. Tenaga konstruksi Indonesia harus memiliki kompetensi dan keahlian sesuai standar MRA dan sertifikat ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE) , dan ASEAN Architects (AA) dalam pasar bebas ASEAN.
Jumat, 23 Januari 2015 | 09:33 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Rasio tenaga profesional di sektor konstruksi dan arsitektur terhadap total jumlah populasi Indonesia masih sangat rendah. Hal ini akan berdampak signifikan terhadap kemajuan pembangunan.

Terlebih dalam mengantisipasi berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, saat kompetisi akan semakin ketat. Pasalnya, hanya profesional (insinyur dan arsitek) bersertifikat ASEAN-lah yang bisa bekerja dan diterima di lintas negara Asia Tenggara.

Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (BP Konstruksi Kemen PU-Pera), Hediyanto W Husaini, mengungkapkan, rendahnya rasio tenaga profesional khususnya insinyur dan arsitek Indonesia, membuat kemajuan pembangunan terhambat.

"Rasio insinyur dan arsitek rendah, yang bangun negara gak ada. Kita gak akan maju kalau kondisinya begitu. Untuk itu, kami akan terus melakukan pembinaan. Insinyur muda kita bina, regulasi kita perkuat. Setelah UU Insinyur diterbitkan pada enam bulan lalu, giliran UU Arsitek kita dorong segera disahkan DPR," papar Hediyanto kepada Kompas.com, Kamis (22/1/2015).

Hediyanto menuturkan, sedikitnya jumlah tenaga profesional dan ahli merupakan salah satu masalah yang masih merundung sumber daya manusia (SDM) konstruksi Nasional. Demikian halnya dengan tenaga terampil yang kompeten dan bersertifikat, belum dapat memenuhi tingginya kebutuhan di sektor konstruksi.

Hingga saat ini, Indonesia baru memiliki 290 insinyur yang bersertifikat dan terdaftar dalam ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE), dan 53 aristek yang bersertifikat dan terdaftar dalam ASEAN Architect (AA) sesuai komitmen ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA).

"Bila dibandingkan dengan kebutuhan insinyur dan arsitek per satu juta penduduk, itu sangat jauh dari cukup. Rasio kita masih rendah, hanya 2.671 insinyur terhadap 1 juta penduduk. Sedangkan Korea punya 25.000 insinyur per 1 juta penduduk, Malaysia 3.333 insinyur, dan Tiongkok 5.000 insinyur," ungkap Hediyanto.

Sementara, Indonesia hanya mampu memproduksi tambahan 164 insinyur per tahun. Kondisi ini dinilai Hediyanto, sangat berat untuk bisa bersaing dengan negara lain. Malaysia saja, mampu melahirkan 367 insinyur per tahun, Korea 836 insinyur per tahun, dan Tiongkok 273 insinyur per tahun.

"Oleh karena itu, kita akan terus berupaya menambah jumlah insinyur dan arsitek. Kita juga menggenjot jumlah insinyur dan arsitek untuk mendapatkan sertifikat profesi yang diakui ASEAN," tandasnya.

Caranya, lanjut Hediyanto, dengan mengembangkan standard kompetensi yang diakui secara internasional, sosialisasi MRA yang bertujuan untuk merekrut insinyur dan arsitek Indonesia untuk mendaftar dan memperoleh lisensi ACPE dan AA.
Penulis: Hilda B Alexander
Editor: Hilda B Alexander